BABAD PURBALINGGA (12) : LAHIRNYA KESENIAN BRAEN
10:02 Seputar Purbalingga No comments
Pernah Pangeran Mahdum Kusen pada suatu hari dipanggil oleh Adipati Onje. Tidak jelas apa sebenarnya maksud panggilan itu. Tetapi Pangeran Mahdum Kusen menolaknya dengan alasan meskipun desa Rajawana termasuk kekuasaan Kadipaten Onje, namun desa ini sebenarnya adalah milik Alloh. Didesa ini dirinya tak akan berbuat jahat. Apabila sang Adipati menghendaki bertemu,harap datang saja ke desa Rajawana. Ia bersedia menmuinya.
Penolakan itu ternyata dianggapnya sebagai suatu penghinaan. Atas kemarahannya, Adipati Onje lalu mengirimkan pasukan untuk menangkap Pangeran Mahdum Kusen. Tetapi sial, sebelum memasuki desa Rajawana pasukan Onje keburu kemalaman.
Akhirnya kedatangan pasukan ini dapa diketahui oleh masyarakat Rajawana termasuk Pangeran Mahdum Kusen sendiri. Oleh karena itu Pangeran Mahdum Kusenmengumpulkan beberapa orang wanita agar membunyikan rebana diserambi muka. Sedangkan ia sendiri melakukan sholat hajat didalam kamar.
Bersamaan dengan terdengarnya suara rebana, ribuan ekor tawon gung dengan secara tiba-tiba dan serempak terbang melabrak prajurit-prajurit Onje yang tengah bersiap-siap bermalam di tepi salah satu sungai. Karena tak tahan menghadapi binatang-binatang bersengat, terpaksa mereka lari tungang langgang dan pulang kembali ke Onje.
Pemukulan rebana ini hingga sekarang disebut “BRAEN”, merupakan kesenian khas desa Rajawana dan sekitarnya.
Sumber : Babad dan Sejarah Purbalingga, Tri Atmo; Pemerintah DATI II Purbalingga; 1984.
Seputarpurbalingga.blogspot.com/2011/09/babad-purbalingga-12-lahirnya-kesenian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar